Opini

Oleh  : Bayu Maulana Putra

Dalam rangka memperingati Hari jadi Bangka Selatan yang ke 21 mari kita refleksi bersama-sama permasalahan, perkembangan dan pencapaian Bangka Selatan selama 21 tahun resmi menjadi kabupaten.

Selama beberapa tahun terakhir bisa kita lihat bahwa Bangka Selatan sudah banyak berbenah dan mendapatkan pencapaian berkat seluruh pihak yang terlibat dalam memajukan basel. Seperti penataan wajah kota Toboali (Pembangunan Kawasan Himpang Lime, Himpang Nanas) dan sebagainya.

Akan tetapi pada usia ke-21 pun kabupaten Bangka Selatan masih banyak sekali permasalahan yang harus dibenahi dan diperbaiki. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2022 jumlah penduduk Bangka Selatan sebanyak 202.263 jiwa.

Terdapat sekitar 5.314 jiwa angka pengangguran terbuka (5,09%) dengan Tingkat partisipasi Angkatan kerja sebesar 66,71%. Permasalahan pengangguran ini sendiri ibarat fenomena gunung es, yang tampak hanyalah sebagian kecilnya saja.

Padahal dalam realita sebenarnya masih banyak sekali saudara-saudara kita yang susah sekali mendapatkan pekerjaan di Bangka Selatan. Untuk sektor formal sendiri hanya ada loker CPNS dan honorer pegawai pemda.

Sedangkan kebanyakan masyarakat Basel bekerja di sektor informal seperti petani, berkebun, nelayan dan pekerja TI (nungau). Sangat jarang sekali ditemukan lowongan kerja di sektor industri di Basel.

Hal ini merupakan permasalahan serius di bidang ketenagakerjaan yang harusnya menjadi fokus pemerintah daerah untuk mengatasi permasalahan ini. Tapi sampai sekarang belum ada gerakan dan terobosan dari pemerintah daerah khususnya Dinas Ketenagakerjaan.

Padahal ada Pembangunan Kawasan Industri Sadai (KIS) yang merupakan proyek strategis nasional dimasa depan yang diperkirakan banyak membutuhkan tenaga kerja.

Tapi lagi-lagi dinas ketenagakerjaan Basel belum ada terobosan dan gerakan dalam mempersiapkan SDM berkualitas asli Basel, seperti membuka kelas/pelatihan Bahasa mandarin, dan pelatihan tenaga kerja dalam menyongsong Pembangunan KIS. Jangan sampai nanti masyarakat asli Basel hanya jadi penonton di tanahnya sendiri.

Selain itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kabupaten Bangka Selatan di tahun 2022 berada di angka 67,95 sedangkan di tahun yg sama IPM nasional berada di angka 72,91 dan pada tahun 2023 IPm nasional sebesar 74,39. Pada tahun 2022 di Provinsi Bangka Belitung sendiri untuk IPM Basel berada di urutan paling terakhir (urutan 7) dari 7 kabupaten/kota yang ada (sumber: BPS).

Hal ini harus lebih ditingkatkan dan menjadi fokus utama yg harus diperhatikan, karena sangat erat kaitannya dengan tingkat Pendidikan dan Tingkat kehidupan Masyarakat Basel yang menjadi indikator penilaian. Terutama pendidikan harus benar-benar di utamakan, karena dengan perbaikan pelayanan mutu pendidikan serta perbaikan tingkat pendidikan masyarakat Basel maka akan berbanding lurus dengan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Belum lagi pendapatan asli daerah (PAD) yang beberapa tahun ini tidak pernah menembus angka 100 miliyar, untuk tahun 2023 sendiri PAD Bangka Selatan hanya berkisar diangka 70 miliyar saja. Padahal untuk kabupaten dengan area yang luas, potensi wisata dan sumberdaya alam yang melimpah seperti Bangka Selatan bukan hal yang mustahil PAD kita bisa melebihi 100 M per tahun.

Alangkah baiknya pemerintah daerah, DPRD dan seluruh elemen harus serius membenahi persoalan ini. Sebenarnya ada satu cara yang sangat mungkin bisa mengoptimalkan peningkatan PAD ini, yaitu dengan menghidupkan kembali BUMD. Akan tetapi BUMD basel juga sampai sekarang belum ada kabar terbaru terkait progres kasus yang melibatkan BUMD Basel.

Penataan wajah kota Toboali yang beberapa tahun terakhir gencar dilakukan oleh Pak Riza Herdavid selaku bupati Basel ini pun perlu kita pertanyakan dasar/acuan ataupun pedoman yang dipakai dalam pembangunan ini.

Karena setahu saya, kecamatan Toboali sendiri belum memiliki Perbup RDTR (rencana detail tata ruang) yang menjadi turunan dari Perda No. 6 tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Bangka Selatan.

Oleh karena itu, perlu kita pertanyakan ke Pak Bupati, Apa dasar/acuan dan pedoman pembangunan wajah kota Toboali ini (Himpang Lime, Himpang Nanas, Kulong Aik Bakung, dsb). Permasalahan RDTR ini sendiri bukan hanya kecamatan Toboali saja yang belum ada perbup nya. Karena sampai saat ini 7 dari 8 kecamatan di Kabupaten Bangka Selatan belum memiliki Perbup RDTR-nya.

Hal ini sangat penting untuk difokuskan karena ini berpengaruh terkait perencanaan detail tata ruang dan pemetaan wilayah di kecamatan masing-masing. Untuk permasalahan RDTR ini sendiri Karang Taruna Kabupaten Bangka Selatan sudah tiga kali menyurati Pak Bupati untuk diskusi dan audiensi, tetapi sampai saat ini pak bupati tidak pernah menanggapi dengan serius ajakan diskusi itu, tidak tahu itu menghindar atau memang tidak serius dalam persoalan ini.

Baru-baru ini juga terdapat kabar yang beredar terkait rencana anggaran perjalanan dinas DPRD mencapai 40 milyar hal ini sangat menyakiti hati masyarakat. Ditengah perekonomian masyarakat yang sedang lesu, sulitnya mencari pekerjaan dan penghidupan hidup yang layak DPRD yang sejatinya merupakan wakil rakyat malah menyusun anggaran DL sampai 40 M.

Perjalanan dinas yang harusnya membawa output yang baik untuk dibawa ke Basel, malah sering tidak optimal. Karena tujuan dan pelaksanaan DL para anggota DPRD yang sering kali ugal-ugalan.

kami mengajak seluruh masyarakat untuk ikut serta mengawasi para anggota DPRD ini, agar DL yg mereka lakukan itu menghasilkan suatu output yang baik untuk masyarakat bukan hanya sekedar foya-foya dan pergi main saja saat DL.

Oleh karena itu dengan semangat peringatan Hari Jadi kabupaten Bangka Selatan yang ke-21 ini kami mengajak seluruh unsur pimpinan daerah (Bupati, Wakil Bupati, Sekda, DPRD), seluruh organisasi kepemudaan, LSM dan seluruh Masyarakat Bangka Selatan untuk sama-sama berkolaborasi mewujudkan Basel yang lebih baik setiap tahunnya.

Untuk para pimpinan daerah Bangka Selatan juga jangan takut untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan segala komponen masyarakat. Bukan malah menghindar dan kabur ketika diajak diskusi dan audiensi.

Karena sejatinya dengan makin banyak ruang diskusi yang terbuka maka semakin banyak saran dan masukan untuk berbenah diri. Jangan takut dengan kritikan dan jangan terbuai dengan pujian dari lingkaran sekitar yang pandai menjilat. Lawan diskusi adalah teman berpikir.

 

Bayu Maulana Putra